Dulu saya adalah karyawan di salah developer perumahan sebagai Perencana dan Pengawas Teknik, dan saat itu saya sudah merasa sangat bangga sekali walau saat itu bawahan saya hanyalah dua orang mandor bangunan dan beberapa orang sub kontraktor.
Tiap berangkat dan pulang kerja ada perasaan bangga di hati karena di usia muda saya sudah bisa mendapat pekerjaan dengan posisi dan gaji yang lebih dari cukup pada saat itu.
Selama beberapa tahun saya ikut developer itu, sudah ratusan rumah yang berhasil kita bangun dan kita jual dengan keuntungan ada perusahaan amatlah besar sekali. Sehingga saya di percaya pemilik perusahaan untuk menangani salah satu cabang perusahaan.
Baru beberapa bulan saya tangani, pemilik perusahaan meninggal dunia dan keluarganya menarik seluruh aset yang ada untuk di alihkan ke bisnis lain yang bidangnya sama sekali bukan bidang saya. Akhirnya saya di PHK.
Kemudian saya masuk di perusahaan eksport mebel dan awalnya saya mendapat posisi sebagai supervisor. Perusahaan itu milik orang luar negeri yang mana orangnya sangat disiplin , memiliki beberapa cabang perusahaan di berbagai negara. Dua tahun berikutnya saya naik jabatan menjadi Kepala Produksi, namun dengan kenaikan gaji yang sedikit sekali, hanya mendapat fasilitas tambahan saja.
Rutin saya berangkat jam 08.00 pagi dan pulang jam 16.00, jika tidak ada pekerjaan lembur. Hal itu menjadikan saya merasa jenuh dan sama sekali tidak bangga bekerja ikut orang.
Jika saya tidak masuk kerja , walaupun sakit , tetap saja gaji saya dipotong dan jika pemilik perusahaan menginginkan kejar target, dadakan kita semua harus lembur, meskipun per jam uang lemburnya lumayan gede.
Jika pemilik perusahaan datang ke pabrik, seringkali saya menemani untuk makan siang dan jalan-jalan selama beliau ada di kota saya. Beruntung saya bisa belajar banyak dari apa yang beliau bicarakan, dari sikap beliau dalam mengambil keputusan dan sikap seorang pengusaha sukses.
Saya juga mulai berpikir enaknya menjadi seorang pemilik perusahaan walau saya tahu bahwa prosesnya sangatlah tidak mudah. Dan saat itu saya berpikir, bahwa jadi pengusaha haruslah bermodalkan uang yang banyak.
Saya waktu itu melihat dari segi enaknya saja, bahwa seorang pemilik perusahaan tidak harus setiap hari ke kantor, jika ke kantor pun jamnya bisa sesukanya. Mau datang pagi, siang atau sore tidak ada orang yang marah.
Saya juga menilai, semakin kita sering rajin bekerja di perusahaan orang lain, perusahaan semakin berkembang, kita pekerja cuma mendapatkan sedikit bonus. Kenaikan gaji juga relatif sedikit.
Semakin karyawan giat bekerja, semakin perusahaan berkembang dan semakin kaya pemiliknya.
Saat kita bekerja rutin, pemilik perusahaan bisa liburan atau bahkan tidur nyenyak di rumah.
Karena seringnya saya menemani pemilik , saya semakin sering berpikir untuk segera mengikuti jejaknya jadi pengusaha, walau mungkin kelasnya jauh di bawah beliau.
Akhirnya saya beranikan diri untuk mengundurkan diri dari perusahaan, namun pemilik tidak perkenankan saya keluar. Karena tenaga saya masih dibutuhkannya. Namun saya tidak kurang akal, saya nekat dalam seminggu saya hanya masuk kerja 3 hari, kadang 2 hari saja, dengan harapan saya akan kena PHK.
Perkiraan saya benar juga, saya kena PHK Dan saya keluar dari perusahaan itu sebagai orang yang bebas.
Untuk kelanjutan cerita saya, bagaimana saya harus menghadapi banyak tantangan, akan saya tuliskan pada judul yang lain dan di kesempatan waktu yang lain pula.
Pesan daripada tulisan saya di atas adalah, jika ingin menjadi orang sukses, kita harus berani meninggalkan zona nyaman.
Salam Pengusaha Pejuang dan Pejuang Pengusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar